- Jum'at, 11 September 2020
Malam itu adalah jadwal kontrol dengan bidan kesayangan, Bu Ismijati. Seperti biasa, aku berangkat ke klinik dengan penuh semangat dan mood yang baik. Tapi, ternyata itu tidak bertahan lama sampai aku mendengar hasil pemeriksaan kandungan.
Saat itu usia kandungan berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) -yang dijadikan acuan oleh bidan- sudah mencapai 39 week 3 day dengan HPL (Hari Perkiraan Lahir) tanggal 15 September 2020. Aku khawatir karena kepala janin masih berada di pintu atas panggul dan belum benar-benar engaged. Hasil VT Bu Is menyatakan kalau kepala janin agak susah turun sebab bentuk mulut rahimku yang kuncup ke bawah. Tapi, beliau selalu menguatkan insya allah tetap bisa melahirkan secara pervaginam. Beliau menjadwalkan kontrol di tanggal 14 September 2020 untuk evaluasi. Jika sampai tanggal 15/16 September 2020 bayi belum juga lahir, maka aku disarankan untuk USG lagi agar tahu apakah kandungan masih 'layak' untuk dipertahankan atau tidak. Deg.. tiba-tiba perasaanku kacau. Karena kondisi rahim semakin lama usia kandungannya bisa semakin turun kualitasnya dan ini bisa berpengaruh pada kesejahteraan janin.
Bu Is tetap menyemangati dan mengingatkan aku untuk terus memberdayakan diri. Tetap aktif dan terus lakukan induksi alami. Beliau juga memberiku obat yang membantu untuk melunakkan mulut rahim dan menyarankan untuk minum rebusan air kacang hijau setiap hari sebagai vitamin B1.
(Obat pelunak mulut rahim)
Sepulang dari klinik hatiku kacau. Aku mengambil wudhu dan sholat isya'. Usai sholat hatiku benar-benar mengabu. Aku menangis sambil terus berdoa agar Allah memberiku kesempatan untuk bisa melahirkan dan merawat dede'. Tak lupa untuk terus sounding si dede' agar bisa bekerjasama denganku melewati persalinan.
Pukul 00.00 WIB. Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku terus melakukan salah satu induksi alami yang alhamdulillaah cocok untukku dan menimbulkan kontraksi perut yang datang per 3 menit sekali. Rasanya perut seperti diperas dan sakit di area panggul sampai ke punggung belakang. Rasa sakitnya masih sangat managable menurutku. Apakah ini kontraksi asli? Karena selama ini yang kurasakan hanya perut kencang-kencang dengan durasi waktu yang tidak teratur. Tapi, malam itu terasa berbeda. Saatnya menyalakan Contraction Counter. Kontraksi muncul mulai dari per 3 menit, per 2 menit, sampai per 1 menit dan sudah ada notifikasi seperti ini...
Usai sholat subuh, kontraksi itu masih ada dan sudah muncul flek darah. Aku terharu, apakah ini tanda-tanda persalinan? Rasanya baru semalam aku meminta agar segalanya dimudahkan dan aku bisa segera bertemu dede'. Alhamdulillaah... Terimakasih juga untuk dede' yang sangat kooperatif. :')
Pukul 7 pagi aku ke klinik untuk di VT lagi, alhamdulillaah sudah ada pembukaan 1 dan mulut rahimnya sudah menghadap ke depan. Masha Allah... atas kuasaMu apapun bisa terjadi dalam satu malam. Bidan yang menanganiku saat itu menyarankan untuk kembali lagi ke klinik pukul 8 malam.
Seharian aku menikmati gelombang cinta yang datang tapi rasanya masih benar-benar nyaman dan tidak sakit. Semakin semangat untuk berikhtiar agar bisa segera ketemu dede' mulai dari minum rebusan air kacang hijau, makan kurma, jalan-jalan, melakukan pekerjaan rumah yang jongkok-jongkok, naik turun tangga yah semuanya hampir sama seperti sebelumnya bedanya kini aku lebih semangat:')
Pukul 8 malam tiba, VT lagi, dan ternyata tidak ada kemajuan pembukaan. Wah kukira sudah ada๐๐ Bidan bilang, kalau masih pembukaan 1 itu masih lama bahkan bisa terjadi sampai 1 mingguan, setiap orang berbeda. Selama ketuban belum pecah insya allah masih aman. Memang sih, dari buku yang aku baca pembukaan yang terjadinya cepat itu mulai dari pembukaan 4 (fase aktif), tapi aku ngga expect kalau ternyata pembukaan 1 bisa terjadi sampai semingguan. Masih lama nih ketemu dede'nya ๐ซ๐ซ Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke klinik lagi saat tanggal 14 September sesuai jadwal kontrol.
- Minggu, 13 September 2020
Gelombang cinta itu hilang...
Aku sama sekali tidak merasakan sakit. Sudah kustimulus dengan berbagai hal masih saja tidak sakit.
(Naik turun tangga)
(Minum air dengan gula setengah gelas --entah ini make sense atau engga-- kadang kalau panik, segala saran yang terbukti works di orang lain aku coba selama tidak membahayakan)
Entah hari itu memang tidak ada hasilnya. Ibu dan bumer terus menanyakan, gimana sakit perut atau tidak? Saat kujawab ngga sakit mereka juga heran, padahal sudah pembukaan 1 tapi perutnya malah ngga sakit lagi. Artinya... Persalinan belum akan terjadi :(
Siang itu muncul gumpalan darah yang keluar dari jalan lahir. Aku takut, karena tidak pernah lihat gumpalan darah sebesar itu. Aku cerita ke ibu mertua dan kebetulan saat itu ada tetangga juga yang main ke rumah.
Tetangga : Loh mba, udah keluar gumpalan darah kayak gitu belum sakit ta perutnya?
Aku : Belum itu, bu :(
Tetangga : Wah.. padahal aku dulu ngga sampai kayak gitu aja udah sakit banget.
Aku : Iya bu, mungkin kali ini beda.
Tetangga : Sampean betah sakit ta mba orangnya
Aku : Endak sama sekali bu, dicubit anak kecil aja udah kerasa sakit. Gampang sakitan.
• Pukul 19.00
Aku ke klinik sesuai dengan jadwal kontrol. Sesaat sebelum ke klinik perutku sempat kontraksi lagi tapi masih hilang muncul. Kemudian VT dan hasilnya belum menunjukkan ada penambahan bukaan. Namun mulut rahim sudah menipis. Kata Bu Is "Alhamdulillaah.. ini sih lahirannya kalau nggak malam ini ya besok nih.."
Deg. Pulang ke rumah sambil berpikir.. "Ya Allaah.. besok sudah HPL, berikan kami yang terbaik." :')
• Pukul 20.00
Gelombang cinta itu datang kembali. Rasanya begitu nikmat. Aku tetap berusaha untuk stay active untuk open hip mulai dari squat, pelvic rock, jalan mondar-mandir ke kamar mandi.
• Pukul 23.30
Kontraksi itu selalu ada, semakin lama semakin sakit, saatnya aku memutuskan untuk pergi ke klinik. Aku langsung memutuskan untuk membawa hospital bag dan semua cemilan yang udah disiapkan. Yakin.. kalau waktu lahiran akan segera tiba.
Hasil VT menunjukkan kalau pembukaan hanya bertambah ½ saja.
Me : M
Asisten Bidan : AB
M : Loh mba, berarti ini saya pulang lagi ya?๐
AB : Terserah mba, mau pulang gapapa, mau disini juga gapapa, udah malam juga. Tapi, kalau disini kita tidak melakukan pemeriksaan mba selama tidak ada keluhan.
M : Memang kalau bukaannya masih kayak gini tuh, lahirannya masih lama kah mba?๐
AB : Tergantung kontraksinya mba, kalau kontraksinya ada terus dan kuat bahkan bisa melahirkan malam ini kok.
Aku merasakan kontraksi itu selalu ada. Tapi, rasanya masih bisa tertahankan. Aku juga masih mencari-cari yang dimaksud kontraksi sampai sakit sekali seperti pengalaman orang-orang itu yang seperti apa, Aku juga belum mengerti. Perasaanku sudah campur aduk. Aku memilih stay di klinik mau lahiran atau tidak aku tidur di klinik dulu. Karena feelingku sudah ngga enak, kalau di rumah juga takut kenapa-kenapa.
Asisten Bidan menyiapkan kamar.
AB : Mba kalau misalnya ada apa-apa pencet belnya saja ya. Nanti kami keluar.
• Selasa, 15 September 2020 - LABOR DAY
• 02.00
Aku berbaring tapi aku tidak bisa tidur karena semakin lama kontraksi semakin kuat. Tiap kali kontraksi itu datang tanganku selalu meremas-remas tangan suami atau berpegangan pada gagang bed klinik.
Aku meminta suami untuk tidur kalau merasa ngantuk. Tapi, melihat aku kesakitan seperti itu tidak bisa tidur katanya. Suami selalu menawarkan, "Aku panggilin bidannya, ya?" | "Jangan.. mba bidannya tidur.." balasku.
Aku merasa ada cairan yang mengalir begitu deras dari bawah sana. Aku yakin ini sudah bukan lagi pipis. Suami bergegas memanggil bidan.
Setelah dicek, ternyata ketuban pecah di pembukaan 2. Aku khawatir kondisi dede' di dalam sana dengan kondisi ketuban sudah pecah padahal masih pembukaan 2? Menurut literatur yang kubaca pembukaan 2 masih belum masuk ke fase aktif, untuk menunggu sampai pembukaan lengkap itu masih lama.
Akhirnya perlu dibantu infus agar dede' ngga kehabisan cairan di dalam. Hatiku selalu berdoa meminta perlindungan-Nya. :')
Sementara itu hal lain yang kupikirkan adalah masih pembukaan 2 sakitnya sudah seperti ini. Rasanya sudah ngga kuat lagi.
AB : Sabar yah mba.. karena nanti semakin lama semakin bertambah pembukaannya rasanya akan semakin sakit.
Sambil menggenggam tangan suami, aku mengeluh takut akan terjadi sesuatu yang tidak kuinginkan. Dengan sabar suami menenangkan. :').
• 03.30
Bu Is masuk untuk memeriksa pembukaan dan rembesan ketuban. Alhamdulillaah.. sudah masuk pembukaan 3 dan ketuban yang kukira sudah pecah sekali ternyata 'bocor halus', insyaa allaah dede' di dalam perut ngga kekurangan cairan. Begitu yang Bu Is sampaikan.
• 05.00
Masuk pembukaan 5, Bu Is menawarkanku untuk mandi sebagai pengalihan rasa sakit dan agar lebih fresh saat persalinan nanti. Tawaran menarik itu aku setujui. Sambil membawa botol infus, beliau menuntunku untuk ke kamar mandi dan membantuku untuk menyelesaikan semuanya. Mashaa Allaah.. aku merasa sangat terbantu dengan kesabaran dan ketelatenan beliau.
Usai mandi, Bu Is menyarankan untuk bermain gymball guna mempercepat proses pembukaan. Sepanjang aku bermain gymball, rasa kontraksi itu terus membuncah. Suami terus memegang tanganku, menguatkan. Sungguh.. kalau bisa dibandingkan, hal paling romantis yang pernah kami jalani berdua adalah kerjasama untuk menghadapi persalinan ini. :')
• 07.00
Masuk ke pembukaan 7, aku mulai diarahkan menuju ruang persalinan sambil menunggu pembukaan lengkap. Ya Allah.. rasanya sudah pasrah atas apapun yang akan kuhadapi sebentar lagi.
Masuk pembukaan 8, ada rasa ingin mengejan tapi memang belum diperbolehkan. Berusaha sekuat mungkin untuk menahan keinginan untuk mengejan itu. Saatnya mempraktekkan teknik bernafas untuk mengatasi perasaan ingin mengejan. Rasa sakit yang begitu luar biasa ditambah dengan rasa ingin mengejan yang harus ditahan adalah kombinasi sensasi yang tidak pernah kurasakan seumur hidup.
• 08.30
PEMBUKAAN LENGKAP! Saatnya aku harus mengeluarkan semua powerku untuk mengejan.
Tapi, tidak semulus yang kubayangkan. Drama berikutnya adalah drama masuk angin. Karena semalaman aku tidak tidur dan tidak makan, setiap kali aku mengejan aku selalu muntah๐ญ otomatis tidak bisa mengejan panjang karena baru mengejan sedikit, perutku rasanya bergejolak dan muntah. Aku tidak tau, muntah itu reflek karena mengejanku yang salah atau memang masuk angin, something in between lah.
Aku terus mencoba mengeluarkan power terbaikku setiap kali kontraksi itu datang. Aku meminta ijin untuk mengambil posisi senyaman mungkin, siapa tau dengan begitu akan mempermudahku untuk mengejan. Alhamdulillaah.. bu bidan sangat kooperatif mengijinkanku untuk berganti posisi yang menurutku nyaman. Sampai 3x berganti posisi, usahaku belum membuahkan hasil. Padahal rambut si dede' sudah terlihat di jalan lahir. ๐ญ
Hampir 1,5 jam dede' tertahan di jalan lahir. Detak jantungnya selalu diperiksa beberapa menit sekali, "Alhamdulillaah.. mbak. Ini bayimu sehat, kuat. Ayo mbak.. semangat, ini semua tinggal powernya mba, yuk mba insya allaah bisa. Bayimu kuat banget." Bu bidan terus menyemangatiku yang hampir putus asa.
Kondisi mulai mengkhawatirkan.. Bu Is bahkan sudah memanggil suami untuk negosiasi dirujuk ke RS. Meski aku hanya melihat dari jauh mereka berbincang tapi rasanya hatiku sudah menangkap arah pembicaraan mereka.
Sambil terus didampingi Asisten Bidan aku mencoba untuk terus mengejan sebaik mungkin. "Pinter... Mbaa pinteeer iyaa bener gitu. Terus mbaa, ya Allaah pinternya dede'nya makin turun mba." Aku beruntung memilih mereka sebagai provider karena sangat supportif๐ญ๐ญ Di detik-detik akhir bahkan suami ikut membantu proses persalinanku. Tarikan nafas terakhir terasa ada yang tergunting di bawah sana, Alhamdulillaah.. Laa haula wa laa quwwata illa billaah.. anakku lahir pada Selasa, 15 September 2020 pukul 09.50 WIB. Lahir sesuai dengan tanggal HPL. ๐ญ๐ญ๐ญ
Kudengar tangisnya hanya sesenggukan, kemungkinan karena terlalu lama di jalan lahir, mengharuskannya masuk inkubator selama 30 menit. Sambil terbaring kelelahan dan menjalani proses jahit aku memandanginya dari jarak 1 meter. Mashaa Allaah.. kulitnya putih bersih, rambutnya hitam, bibirnya mungil, pipinya chubby, anggota tubuhnya lengkap tanpa kurang suatu apapun, Alhamdulillaah... saat itulah aku tau bahwa aku semakin mencintainya. ❤️
• Weight : 3 kg
• Length : 50 cm
• Head : 34 cm
Afra Kayyisa Ailani - Wanita yang mulia, cerdas, dan bijaksana dalam memimpin dirinya.
Kami berikan nama terbaik itu untuk dirinya. Terimakasih sayang.. sudah hadir di hidup kami. Kau anugerah terindah yang pernah kumiliki. ๐๐
***
SPECIAL BIG THANKS TO:
- My super supportif provider Klinik PMB Bidan V. Ismijati. Terimakasih atas pelayanannya yang super excellent. Sejak pertama kali kontrol tidak pernah mengecewakan. Highly recommended ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
- Mas Suami, pendamping persalinanku yang hebat. Terimakasih untuk semua dukungan material dan non material yang sudah Mas beri untukku. Aku tidak tau bagaimana cara yang tepat untuk mengungkapkan rasa terimakasihku. Kesabaranmu selama mendampingiku di ruang persalinan dan pemulihan sangat berarti untukku. Aku hanya tidak bisa membayangkan jika kala itu Mas tidak ada, mungkin aku tidak bisa sekuat itu. :')
- Bapak, Ibu, Bapak Mertua, dan Ibu Mertua terimakasih atas dukungan dan doanya selama ini hingga aku bisa melalui masa kehamilan hingga persalinan.
- Bidankita dan Bidan Kriwil. Selama kehamilan aku belajar banyak hal dari literasi yang mereka bagikan di sosial media. It helps me a lot.
- Grup parenting HPL September 2020. Menemukan mereka sebagai saudara baru yang saling mendukung, memotivasi, bahkan memberikan solusi saat aku mengalami keluhan selama kehamilan bahkan sampai sekarang. Terimakasih bunda-bunda... Tidak pernah kujumpai di grup parenting mana pun yang sesolid ini.
- Teman dan sahabat yang sudah mendukung dan mendoakan yang terbaik untukku. Aku mencintai kalian semua. Terimakasih..❤️❤️
Komentar
Posting Komentar