di Graha Wiyata Lt. 9
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Tema Kuliah Umum : Peran Psikologi dalam Mengatasi Kebencanaan di Indonesia Secara Multikultural
Ditulis oleh : Nurul Istiqomah
Kondisi krisis bencana dikatakan terjadi bilamana ancaman
memiliki kekuatan lebih
besar
daripada kemampuan. Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia
dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat
yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka
sendiri. Kebencanaan memiliki lingkup bukan hanya kerusakan pada alam, tetapi
mencakup pada seluruh aspek kehidupan. Ilmu psikologi selalu berperan pada
berbagai permasalahan dalam bentuk apapun selama melibatkan proses mental.
Dapat tercermin dari salah satu peristiwa yang terjadi di
pedesaan. Di pedesaan terdapat ulu – ulu yang bertugas untuk mengatur
perairan. Untuk kepentingan irigasi, hal ini berpotensi untuk menimbulkan konflik
yang terjadi diantara petani dalam hal ini saling berebut air ingin mendapatkan
pasokan air yang banyak. Potensi terjadinya hal ini memunculkan peranan
psikologi bagaimana untuk pengaturan distribusi air agar terjadi keadilan.
·
Jenis
Bencana
1. Bencana alam à natural, karena aktivitas alam.
Sangat potensial untuk terjadi di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai ring
of fire yang menjadi pemicu terjadinya gempa tektonik dan vulkanik.
2. Bencana non-alam à bencana yang terjadi akibat ulah tangan manusia. Misalnya
: tanah longsor. Selain itu, di era modern yang mengglobal ini manusia
dikatakan sudah berada pada lingkup technology trapped atau electrical trapped. Dimana para
manusia modern, sangat memiliki ketergantungan pada kecanggihan teknologi.
Sebagai contoh, pada dahulu kala saat belum ada lampu sebagai fasilitas untuk
mendukung kegiatan proses belajar mengajar, kegiatan dapat diikuti dan
diselenggarakan dengan baik. Tidak adanya lampu, bukan menjadi penghambat untuk
melakukan kegiatan tersebut. Namun, pada era ini ketiadaan lampu saat proses
ini berlangsung, dianggap sebagai gangguan teknis dan dapat menghambat jalannya
prose belajar mengajar.
Selain itu,
bencana non – alam dapat terjadi ketika
ada seorang yang mengalami phobia atau ketakutan saat melihat seekor ular,
kemudian ia membunuh ular tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
lingkungan karena perbuatan itu dianggap sebagai salah satu pemicu pemutusan
rantai makanan yang melibatkan ular dalam prosesnya.
3. Bencana social à dapat dilihat dari proses revolusi
industry Inggris saat perang dunia, pada saat itu kegiatan industri sedang
gencar – gencarnya dilaksanakan oleh sebab itu masyarakat melakukan eksploitasi
pada Sumber Daya Alam (SDA) untuk memperlancar proses industrialisasi ini. Hal
ini menjadi impact yang sangat besar pada kerusakan lingkungan. Pada
pulau Borneo yang kita miliki sekarang menjadi salah satu bukti nyata dari impact
industrialisasi. Dulu Kalimantan memiliki potensi alam yang sangat besar, namun
saat ini mengalami kemunduran.
· Perubahan Sosial
1. Tidak terencana :
bencana termasuk perubahan social yang tidak terencana. Misalnya : gaya hidup
2. Terencana :
Pembangunan
Konsep psikologi dalam mengatasi peristiwa kebencanaan
adalah memberi yang memandirikan masyarakat yang bersangkutan. Bukan
dengan memberi yang menyebabkan masyarakat ketergantungan pada pemberian
seseorang. Perilaku “charity” hanya boleh dilakukan hanya saat situasi tanggap
darurat (1 – 7 hari setelah bencana terjadi).
Seperti yang terjadi di Surabaya. Surabaya dikenal dengan
kota yang memiliki jumlah anak jalanan yang besar. Hal ini memicu berbagai
kalangan yang peka terhadap fenomena sosial untuk mengadakan charity.
Namun, pada beberapa kasus konsep perilaku menolong ini malah menjadi sesuatu
yang salah saat anak jalanan meminta – minta uang di jalan dan kemudian
seseorang akan memberinya uang sebagai bentuk belas kasih dan perwujudan dari charity.
Disini konsep Classical Conditioning berperan aktif dimana sesuatu yang
menyenangkan akan cenderung diulang – ulang. Itulah yang dilakukan oleh anak
jalanan yang meminta – minta. Karena dengan perilakunya itu ia mendapat sebuah
kesenangan, maka ia akan terus berada pada lingkaran sebagai ‘peminta –
peminta’ karena adanya pertolongan yang tidak memandirikan si anak jalanan.
Indonesia memiliki banyak kultur dan peradaban budaya yang
berkembang di tanahnya. Mengatasi kebencanaan juga tidak dapat dilepaskan dari
kultur yang melekat pada daerah yang mengalami kebencanaan itu sendiri. Masing
– masing daerah memiliki ciri khas yang berkembang dan membudaya contohnya
sebagai berikut :
Dikenal sebagai daerah yang rawan tsunami, budaya lokal
Aceh mengajarkan kepada masyarakatnya untuk naik gunung saat tsunami melanda.
Di Jogja berkembang mite, bahwa seorang anak tidak
diperkenankan untuk bermain di pinggiran sungai karena dipercaya bisa hilang
atau diambil kanjeng ratu yang sedang berkunjung.
Pada tembang macapat di jawa menceritakan tahapan
kehidupan seperti yang bisa ditemui pada psikologi perkembangan (life span
development), berikut ini ulasannya :
-
Maskumambang, janin dalam kandungan, masih kemambang (terapung)
dalam rahim ibunya
-
Mijil, setelah kurang lebih 9 bulan - 10 hari dilahirkan. Mijil
artinya muncul.
-
Sinom, nom=muda/belia. Artinya ada pada masa kanak kanak
sampai remaja(nom noman)
-
Kinanthi, "di kantheni" artinya dalam bimbingan
orang tua dan dalam masa belajar.
-
Asmarandana, kalau sudah menjadi "arek nom noman"
atau muda mudi maka akan mengenal rasa suka kepada lawan jenis (asmara).
-
Gambuh, berawal dari kata jumbuh = cocok. Jadi kalau sudah
ada kecocokan maka akan menuju jenjang pernikahan.
-
Dandanggula, dandang = tempat untuk menanak nasi, gula =
manis. artinya dalam membina rumah tangga mencapai manisnya hidup.
-
Durma, mundur senggama, artinya mulai mengurangi hubungan
suami istri (bersenggama). durma juga berarti darmo = weweh, yaitu berbagi kepada
sesama.
-
Pangkur, nyimpang lan mungkur, maksudnya menyimpang dari
adharma. juga menyimpang dari kehidupan duniawi.
-
Megatruh, megat = cerai, ruh = roh(atman). Artinya
bercerainya atau berrpisahnya atman dengan badan kasar. Juga disebut waktu
ajal/meninggal.
-
Pucung, yaitu sudah menjadi mayat dan di
"pocong".
Kesiapan untuk menghadapi bencana berkaitan erat dengan
pengetahuan tentang Early Warning System. Mengedukasi masyarakat dan
memberikan pelatihan pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
sangat penting untuk dilakukan guna tercapainya masyarakat yang cepat tanggap
menghadapi keadaan darurat. Terdapat 4 kunci keberhasilan dalam hal ini,
meliputi :
a. Mengoptimalkan
pengetahuan masyarakat
b. Melibatkan
masyarakat
c. Memandirikan
masyarakat
d. Mensejahterakan
masyarakat
Terkadang terdapat beberapa kendala yang terjadi pada
manajemen kedaruratan, misalnya : seseorang yang memiliki relasi banyak akan
mendapatkan banyak sumbangan, sedangkan yang tidak banyak relasi tidak
mendapatkan perlakuan yang sama. Disini akan terjadi ketidakadilan. Manajemen
yang dibutuhkan adalah keajegan.
Manajemen pemulihan à perbuatan nyata yang dapat dilakukan adalah saat terjadi
bencana gempa di Jogja, relawan dapat meringankan beban para korban bencana
dengan mengajak jalan – jalan di tempat terdekat dan menghibur untuk melepaskan
dari kepenatan.
Terkadang ada pula ketidakmanusiawian dalam mengatasi
kebencanaan, contohnya kasus Gafatar yang dipindahkan dari Kalimantan Barat ke
Kalimantan Utara. Seharusnya yang perlu dipahami adalah konsep kepatuhan
(obedience) pada Gafatar adalah kepada : ulamanya, suami/istri, anak – anaknya,
dan senioritas. Pada celah inilah psikologi dapat masuk ke dalamnya dan
melakukan perubahan yang mengacu pada konsep kepatuhan. Pada psychology
obedience sendiri terhadap konsep kepatuhan pada : tuhan, teman sebaya
(konformitas), motif/need/drive/locomotive.
· Kasus bencana tidak terencana
Remaja memiliki
agresivitas yang tinggi dan memerlukan penyaluran yang tepat untuk hal ini.
Misalnya : olahraga. Namun yang terjadi saat ini di perkotaan, space untuk
tempat bermain dan berolahraga tidak berkembang dengan baik. Semakin banyak
gedung – gedung pencakar langit. Hal ini dapat menghambat penyaluran
agresivitas pada remaja. Dan pada akhirnya, game online lah yang digunakan
sebagai pelampiasan diri pada remaja kekinian. Sedangkan kita sendiri tau, game
online merupakan benda mati dan tidak memiliki emosi. Semakin sering menjamah
game online, semakin dapat menumpulkan rasa empati pada remaja. Remaja menjadi
seseorang yang acuh tak acuh terhadap sosialnya dan tidak memiliki rasa empati
terhadap orang lain.
Menurut Prof.
Koentjoro, modal menjadi Psikolog atau ilmuwan psikologi yang baik dan dapat
mengatasi kebencanaan meliputi SMEPPPA :
Senyum à sebagai symbol penerimaan sosial (self-acceptance)
Mendengarkan à pada uimumnya orang lebih ingin bercerita karena dengan
bercerita mereka merasa lebih diakui/dimengerti dan sebagai media katarsis.
Empati
Peka à Mampu membaca symbol dan tanda (rasa dan bahasa). Pada
saat ini pendidikan umumnya hanya berupa tuntutan tanpa tersentuh rasa.
Peduli
Pandai Memuji dan Memilih Kata Bijak à lebih baik daripada hukuman
Action à lakukan dan terapkan
로얄 클럽 블랙 리스트 조회 온라인카지노 온라인카지노 dafabet link dafabet link 12bet 12bet 83Slots - Gold Casino
BalasHapus