Selamat menyambut hari baru...
Subuh ini aku terbangun dua kali. Pertama, saat terbangun dari tidur -- membuka mata -- kemudian teringat sekelebat kata : “bahagia” saat itu aku terbangun untuk yang kedua kalinya. Bangun dengan semangat jiwa yang menyala.
Hari demi hari dari waktu ke waktu, kehidupan akan semakin kompleks. Terkadang kita sering lupa pada kebahagiaan yang terletak pada hal-hal kecil yang sama sekali tak pernah melibatkan sesuatu yang rumit. Dengan banyaknya batu sandungan pada fase perjalanan hidup, yakinkah bahwa selama ini kita sudah hidup dengan bahagia?
Relatif saja bahwa bahagia, terkadang adalah tentang sesuatu yang tak dapat dilihat dari kacamata orang lain. Jauh dari penilaian, bahagia hanya dapat dirasakan oleh empunya.
Urip Iku Sawang-Sinawang...
Seringkali kita merefleksikan definisi bahagia pada kehidupan orang lain. Apalagi jika bahan refleksi kita adalah sosial media? maka kita akan menemui banyak kebahagiaan yang ditebarkan di sana, kemudian kita melirik ke dalam diri dan berpikir sekali lagi, “mengapa aku tak sebahagia itu?” :) Mungkin sepenggal kalimat jawa yang menjadi sandaran bagi para orang tua bahwa “urip iku sawang-sinawang”, memang benar adanya.
We try to do something as good as others, they get some happiness, and we don’t. Always be like that.
Yang paling menyedihkan adalah saat kita berusaha membandingkan apa yang ada pada performance stage seseorang dengan backstage effort kita. Mencari kebahagiaan dengan cara yang sebenarnya ‘menyakitkan’ justru malah akan menghapus apa tujuan awalnya. This postimage just tell me more :
Bahagia adalah saat kita bisa menjadi diri sendiri sepenuhnya. Memiliki kehidupan sendiri dan tak hidup dalam bayangan orang lain. Kita menorehkan tinta-tinta keemasan pada catatan perjalanan yang harusnya kita lalui. Menutup telinga bukan berarti tak ‘mendengar’. Memejamkan mata bukan berarti tak ‘melihat’.
Kita hanya perlu bijaksana menyikapi sebuah keadaan. Karena keadaan tak pernah salah, tapi terkadang kita saja yang suka sekali mencari celah untuk menyalahkan keadaan. Membuat kesalahan bukanlah sebuah kesalahan. Tapi, berdiri dan mengendap di sana untuk waktu yang cukup lamalah yang disebut kesalahan. Keep moving forward!
Jika bahagia adalah sebab yang ditimbulkan dari rasa cinta, maka akulah orang yang akan berdiri paling depan dan meng-’iya’-kan. Coba bayangkan jika semua hal yang kita lakukan disertai dengan substansi cinta ! Hmmm... apakah terlalu berlebihan jika dikatakan tak akan lagi terdengar sebuah keluhan?
Tulisan ini mungkin tak begitu berkesan bagi pembacanya. Namun, aku sangat berterimakasih pada siapapun yang menginspirasi untuk membuat catatan kecil ini. Pada teman-teman yang terlihat bahagia dengan hidupnya dan pada dua bidikan gambar di bawah ini, sehingga aku menyadari bahwa aku pun turut berbahagia dengan hidup yang kumiliki.
I love my own life journey. O Allah.. thanks for giving me your Mercy ! :))
-Pemikiran sederhana dari gadis biasa yang bahagia dengan liku hidupnya-
Repost Source : Tumblr Nurul Isti
Komentar
Posting Komentar