Seperti biasanya, seperti malam-malam sebelumnya. Aku selalu keluar dari tempatku beristirahat hanya untuk menyapa bintang. Aku merasa bahagia menatap langit pukul 11. Setiap malam selalu ku ulangi, hingga menjadi kebiasaan yang sulit untuk kuhindari. Biasanya akan ku jumpai taburan bintang yang cahayanya berpendar-pendar. Namun, tidak untuk malam ini. Ini tak sempurna tanpanya.
Rupanya karena awanlah, aku tak dapat berjumpa dengannya lagi. Aku merasa sebal dengan awan. Hasratku terhambat karenanya. Kini gumpalan awan hitam yang menghiasi langit malam ini. Aku merutuknya dengan perasaan yang gelisah.
Aku tetap menengadahkan kepalaku dan terus mengamati. Aku baru menyadari bahwa gumpalan awan ini bergerak secara perlahan dan disaat yang bersamaan pula cahaya bulan dan bintang mencoba untuk menyelusup dari pori-pori yang ia sisakan. Entah, apakah hanya aku yang berpikir mengapa ini sangat indah? Aku menemukan kedamaian pada rasa yang baru. Ku sematkan doa, ku bisikkan harapan pada semesta.
Gumpalan awan hitam ini terus bergerak. Berarak mengikuti gumpalan awan lain yang berada di depannya. Pada ekor gumpalan awan yang saling berarakan, hanya ku temui langit biru yang pekat. Kini mereka pergi, dan kemudian satu per satu cahaya bintang menampakkan pendar kemilaunya. Ini yang kutunggu sedari tadi. Namun, tahukah kau? Terbersit rasa sedikit kecewa atas sesuatu yang baru saja meninggalkanku.
Manusia… akankah mereka selalu seperti ini…?
Terkadang kita selalu merutuki sesuatu terlalu dini. Menyesali apa yang tak dapat kita miliki. Tanpa menyadari ada hal lain yang sebenarnya membuat hati dan perasaan kita menjadi lebih tenang apabila kita mau mencari. Hingga kita menyadari bahwa memang yang kita butuhkan belum tentu yang menjadi keinginan kita di awal waktu. Manusia mungkin dapat berubah setiap detik jika mereka mau.
“You’ll never know, if you never try”. Aku tak akan pernah tahu bahwa dibalik awan yang gelap ternyata ada keindahan yang menentramkan apabila aku tak pernah mencari, mengamati, dan merasakan. Dan setelah kau dapat menikmati apa yang baik untuk dirimu, percayalah bahwa cahaya bintang yang kau tunggu di awal waktu akan kembali dengan sebagaimana mestinya atas ijin pemiliknya. Cahaya itu menuntunmu pada tempat dimana semestinya kau harus berada. Percayalah.
(Repost: Surabaya, 6 Agustus 2014
Komentar
Posting Komentar