Ditulis oleh Åsmund Seip (Artist – Poet – Love – Activist)
Dialihbahasakan oleh Nurul Istiqomah
Kau telah tinggal begitu lama di dalam pikiranku, sangat lama.
Kau. Dan aku. Kita.
Apakah ada “kita”, atau hanya ada aku seorang diri disini?
Kepadamu, perasaanku semakin tumbuh menjadi lebih kuat. Tak dapat dipercaya bahwa sebelum perasaan ini semakin menguat, aku selalu mencoba untuk menyingkirkannya. Namun, saat ini yang ku miliki hanyalah kesetiaan. Kau tak dapat menghindar lagi, yang ku tahu hanya ada kau dan aku. Aku tak dapat memendam ini lebih lama lagi. Dan inilah saatnya.
Aku mencintaimu.
Kasih, keindahanmu tak terbandingkan dengan apapun. Caramu tersenyum, caramu menatap dunia, menatap kehidupan. Gelak tawamu. Ragamu. Segalanya tentangmu. Ada sesuatu yang luar biasa tentangmu. Sesuatu yang berbeda. Tak seperti siapapun yang pernah ku temui, atau yang akan ku temui. Kau begitu menyilaukan. Menyilaukan dengan sederhana.
Aku mencintaimu saat kau terbangun di pagi hari. Saat kau tak bisa tidur di malam harinya. Aku mencintaimu bahkan saat kau belum menenggak kopimu; Aku mencintai caramu menyalakan kemarahanmu; Aku mencintai amarahmu. Aku mencintai angin badai. Dan aku mencintai ketenanganmu.
Saat kau tak melihatku yang melihatmu.
Aku mencintai segala duka dan kisahmu. Aku jatuh dan aku jatuh kepadamu, pada jalanmu aku bangkit lagi dan lagi. Dan begitu lagi.
Ini begitu buruk, aku menyadarinya. Aku tak menganggapmu sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Terkadang hidup terasa seperti sebuah pertempuran. Manusia tak selalu dapat menari dengan lemah gemulai, dan setiap langkahmu adalah sesuatu yang membawamu pada tempat dimana kau berada hari ini. Penuh dengan pengalaman, dan sesuatu yang bernilai. Aku mencintai pada siapa dirimu.
Kau satu-satunya yang aku cintai! Saat kau mendapat penghargaan berlimpah untuk membuktikan kelayakanmu – Aku mencintaimu.
Saat kau tersipu malu dan kau mencoba untuk menyembunyikannya – Aku mencintaimu.Saat kau sedang terjatuh dan tak memiliki apa-apa lagi untuk kau bagikan, kecuali untuk dirimu sendiri – Aku mencintaimu.Saat kau memukuli semua perasaanmu dan mematahkan kotak yang kau kira, kau berada di dalamnya – Aku mencintaimu.Saat kau pergi tidur setelah melewati rutinitas yang membosankan – Aku mencintaimu.Inilah saatnya, dan kemungkinan besar selalu seperti ini. Ini hanya tentangku. Aku bersikeras melupakan apa masalahnya. Aku melihat segala hal lain yang kuanggap penting, dan aku memulai untuk menjalani, dan aku berlari dan berlari dan berlari. Tapi, aku tak pernah menang. Dan sekarang, saat tak ada kekalahan yang tertinggal, maupun kemenangan.
Hanya ada kau dan aku.
Kau tak dapat menghindar lagi.
Kasih, keindahanmu tak terbandingkan dengan apapun. Terimakasih telah menjadi dirimu. Aku mencintaimu.
(Published first on Elephant Journal)
Source : http://www.asmundseip.com/blog/2014/10/26/falling-in-love-a-love-letter-to-humanity
Mengalihbahasakan bukan sekedar “men-translate” antara bahasa satu ke bahasa yang lain. Tapi, penggunaan ‘rasa’ juga sangat diperlukan. Memilah diksi yang tepat, melibatkan perasaan ke dalam tulisan, dan berempati menjadi penulis aslinya. Karena menulis tanpa menggunakan perasaan adalah sebuah kesia-siaan. Imo. :)
assalamualaikum nurulllllllllll ^^ apa kabar kamu??? ^^ bagus puisinya rull
BalasHapusWa'alaikumsalaam wenny. Makasih yaaa :)
BalasHapusBaik alhamdulillah. Kamu gimana?