31 Agustus 2015. Adalah hari pertama dimana aku mengikuti perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Setelah berhenti sekolah satu tahun, bekerja mengumpulkan dana untuk pendidikan yang lebih tinggi rasanya hanya : "wah! finally!"
Di kartu studi tertera ruang B.201 mata kuliah Biopsikologi adalah kelas pertama yang harus kuikuti. Dengan langkah cepat aku menaiki tangga takut telat -_- kemudian...
"Mbak, maba psikologi?"
"Iya, Mbak."
"Bareng, yuk!"
"Iya, yuk Mbak!"
"Ngga ikut ospek ya? Kok baru pertama kali lihat sampean?"
***
Mata Kuliah, Sistem Perkuliahan, dan Waktu Perkuliahan
Dr. Chandra Eka Sasmita adalah dosen pengampu untuk mata kuliah Biopsikologi. Beliau mengatakan bahwa mata kuliah ini menjadi momok bagi semua mahasiswa psikologi. Banyak mahasiswa yang gagal di mata kuliah ini. Yaah.. you know :) apalagi yang bukan dari jurusan IPA sepertiku butuh effort yang lebih untuk memahami apa maunya isi textbook :D
Point pentingnya : maba psikologi 2015 menggunakan kurikulum baru SCL (Student Center Learning) selama menjalani masa perkuliahan khususnya untuk mata kuliah jurusan. Semua mahasiswa diwajibkan untuk aktif kalau mau 'selamat' dari jurusan ini. Bukan lagi dosen yang menerangkan materi tapi mahasiswanya lah yang dituntut untuk belajar otodidak mandiri :D
Kabar baiknya : mata kuliah yang menggunakan kurikulum SCL, tidak ada lagi yang namanya UTS ataupun UAS *sujud syukur* :')
(Kartu Studi Semester I)
Semester I telah berakhir. Tugas - tugasnya unpredictable. Awalnya aku kira semester I masih minim tugas tapi, tidak. Dua minggu pertama sudah ada 4 macam tugas kalau ngga salah yang isinya cuman bikin makalah, presentasi, dan mapping. Deadline rapat dan satu makalah perlu beberapa hari untuk menyelesaikannya. Sebagai maba, wajar kalau hectic dan banyak terdengar keluhan teman - teman satu kelas. Lirik kanan kiri, teman - teman jurusan lain 2 minggu pertama masih belum ada 'beban'. Ini respon beberapa temenku yang aku ingat saat lagi hectic-hecticnya :
"Asli, ngga habis pikir. Kita maba loh ya, temen-temenku anak Unair aja ngga segininya. Temen jurusan lain juga masih nyantai. Ngga paham sama Psikologi 'Untag'." (penekanan suara pas lagi nyebut Untag, ngga nyantai banget)
"Aku nyesel masuk psikologi, kalau kayak gini caranya."
"Tuhan, aku lelah.."
"Lulus psikologi bukan malah kerja di RSJ malah kita yang jadi pasiennya" (ini lawak banget) xD
"Alhamdulillaah.. malmingku nugas #mabacintaalmamater"
Dan lebih parahnya ada salah satu temanku yang sampai out dari kampus dengan alibi "Nggak kuat sama tugas - tugasnya.." (aduh, neng aku eman uang pendaftarannya :((( )
Maklum, semester I kita 'dihajar' teori - teori tokoh buwanyaaak tokoh yang mana kalau kita ngga paham atau sekedar hafal, bisa dibilang ini akan jadi batu sandungan besar untuk mempelajari mata kuliah berikutnya.
Untukku yang anak rumahan, sejak kuliah aku jadi sering kuangen sama rumah. Gimana enggak? Pagi - sore kerja, pulang kerja mampir rumah bentar banget cuma naruh uang sama ganti baju. Pulang kuliah sampe muwalem jam 12 pun pernah. Ngapain? Ya nugas, di warnet. Itu sebabnya temen-temen, kalau pulang kuliah aku agak susah gitu kalau mesti nongkrong-nongkrong cantik dulu. Selain kangenan sama rumah, hemat juga. *kebayang-bayang spp sama cicilan motor* wkwk :D
Seberat apapun kuliah sama kerja, ingat kata Bu Adnani (dosen fungsi mental yang cuwantik di usianya yang tak lagi muda) :
"Kalian yakin mau masuk psikologi? Kalau ragu, saya ijinkan untuk keluar dari kelas saya. Mbak, Mas.. kalian - kalian ini yang akan jadi tempat sampah. Kenapa begitu? Iya. Sesak - sesak hatinya seseorang itu besok dibuangnya ya ke kalian - kalian ini. Kadang orang datang ke kita bukan karena mereka butuh solusi, mereka datang ke kita dalam keadaan sudah punya solusi. Hanya saja mereka butuh penguatan. Jadi, kalau kalian memang yakin dengan jurusan ini mari buat komitmen mau asem, manis, pahit, ya ditelan saja.""... mau asem, manis, pahit, ya ditelan saja."
***
Relasi
Jauh sebelum menjalani masa perkuliahan, aku sudah under-estimate tentang bagaimana teman - teman yang akan aku temui di bangku perkuliahan. Karena ini adalah perguruan tinggi swasta, pikirku mereka yang ada disini adalah mereka dengan kapasitas yang berada di bawah kampus negeri atau mereka yang kurang beruntung. Ini su'udzon parah asli (sama aja meng-undersetimate diri sendiri ini sih). Tapi, aku salah. Salah besar !
Berhubung ini adalah kelas malam, maka mayoritas kelasku didominasi oleh mereka yang berusia di atasku. Para manusia dewasa yang mandiri, memiliki pemikiran yang matang, kritis, dan secara emosi juga lebih stabil. Para manusia dewasa dari berbagai macam bidang pekerjaan. Para manusia dewasa yang berkepentingan. Tidak ada lagi haha-hihi, begejekan yang nggak penting saat kuliah berlangsung. Bukan berarti kaku, hanya saja lebih bisa menempatkan diri. Lagi - lagi ini unpredictable. Rasanya awesome, de javu ini seperti kelas 9A yang kutempati saat SMP dulu. Aku mah apa.. cuma remah - remah rempeyek haha :D
***
Masih semester I, perjalanan masih sangat panjang. Yakin semester berikutnya tugasnya lebih gila - gilaan. Alhamdulillaah.. semester I ditutup dengan nilai indeks prestasi yang lumayan manis. Sejak lulus sekolah dan mulai jadi bagian dari kehidupan, mata terbuka lebar jika nilai IP yang tuwinggi bukan jadi prioritas. Realistisnya semua orang pasti ingin punya nilai IP yang tinggi, tapi kalau ngga kesampean ya ngga perlu sampe jedotin kepala ke tembok juga kan? Mitosnya, jurusan Psikologi ngga mudah dapat IP buwagus.
Mas Joko, teman kelasku bilang gini, "IP (Indeks Prestasi) tidak berbanding lurus dengan IP (Indeks Pendapatan)." atau mengutip kalimat Mbak Ike, "IP tidak sama dengan GP."
Surabaya, 22 Januari 2015
Yang menunggu semester II,
Nurul Istiqomah
Teruslah berkembang wahai ulat yang cantik , 3tahun ke depan jadilah kupu kupu dengan sayap yang indah ..
BalasHapusYang bisa hinggap di jutaan kebun milik ku :)
semoga kita bisa selalu menyegarkan jiwa para manusia yang bermain di kebunku , dan melihat keindahan sayap mu ,
Amin