Basa-basi….
Semingguan ini, aku menjalani empat hariku dengan mengendarai (baca : masih belajar) motor pulang-pergi ke tempat kerja. Yes, ini perdana! Aku tak pernah menyangka bahwa pada akhirnya aku harus berada pada titik ini. ‘Dibonceng’ tidak lagi menjadi tawaran untuk dapat dipilih saat ini. Aku rindu dibonceng…:’)
Sampai di rumah tadi sore, aku menemukan ini di atas meja.
Wajahku sumringah – yang ditunggu berbulan-bulan akhirnya sampai juga di rumah. Paketan dari CV Pena House, Alhamdulillaah ;)
Ngga basa-basi deh….
“There's nowhere to runI have no place to go
Surrender my heart, body, and soul”- Backstreet Boys -
Introvert = Penyendiri? No!
Bagi seorang introvert, selalu menjadi penyendiri bukanlah sebuah sesuatu yang tertakdirkan. Ini adalah pilihan. Pilihan saat ia mulai lelah dengan segala interaksi sosialnya. Energinya yang dengan cepat terserap saat ia berada di kerumunan orang, menarik langkahnya untuk tak lagi dekat dengan sorotan. Dan akan kembali saat energinya telah benar-benar terkumpul.
Part Terbaiknya, Justru Saat Berada dalam Kesendiriannya
Sounds like social anxiety? Bukan. Hanya saja, akan lebih baik saat apapun dikerjakan seorang diri. Me time is the best Qtime.
But, wait... apa jadinya kalau selalu menyendiri menimpa untuk beberapa waktu yang cukup lama?
Tidak munafik, jawabannya pastilah kesepian. Ini lagi ngomongin diri sendiri, kok! Jangan tersinggung.
Beberapa orang beranggapan bahwa mereka yang kesepian adalah mereka yang tidak cukup punya kerjaan. Maka menyibukkan diri adalah cara terbaik untuk membunuh rasa sepi.
Senin - Sabtu, pagi - sore, aku tidak berada di rumah. Malam hari sebagai pelepas penat. Minggu adalah waktu untuk keluarga. Aku selalu berkutat dengan beragam pekerjaan. Mulai dari kewajiban hingga apa yang telah menjadi passionku.Jika ditilik ke belakang, aku seperti tak ada teman lain kecuali mereka yang disebut rutinitas. Coba cek pesan singkat ponselku, the most frequently visitor -- operator punya--. Sedangkan yang lain, tak lepas dari tanggungjawab moral sebagai manusia yang memang selalu berkepentingan. :(
“Apa guna sosial media? Apapun jadi mudah..” tidak lantas memiliki esensi yang sama dengan bertatap muka. Akui saja, bahwa tertawa lepas bersama mereka yang kau rindui akan selalu lebih membahagiakan daripada hanya sekedar ber-‘haha-hihi’ yang beremot :D via chat room.
Aku merindui banyak hal yang terasa hilang entah kemana. Dimakan waktu, dimakan kesibukan, dimakan sosial media (?). Aku merinduinya yang dikenal sebagai kebersamaan. Aku merinduinya yang entah kembali atau tak akan. Ini tentang bagaimana aku ingin semuanya berjalan dengan seimbang.
Postingan sepanjang ini, intinya cuma :
Repost Source : Tumblr Nurul Isti
Komentar
Posting Komentar